Ketika gelisah menjamu ketermanguan, beginilah cinta ku-eja dalam kata :
“Lelah, akhirnya. Hanya ada getar lemah yang tersisa. Seterusnya, kata-kata tak berwujud sapa. Aku hanya bisa menerima jika ini memang seharusnya.”
Dan, beginilah cinta kujamu dalam doa, ketika hati menyapa ruang hampa dan mencari sandarannya :
“Tuhan, temaniku dalam gelisah ini. Itu saja.”
Tak pernah ada kata sia-sia untuk sebuah doa. Setitik terang terpendar, di keesokan harinya. Kupagut lagi cinta dalam rona senyum yang menepikan praduga :
“Mendekap siang, menimang mimpi. Jalani lagi, getar yang sempat mengendus ragu dalam lajunya. ”
sumber: http://moammaremka.wordpress.com
0 comments:
Post a Comment